kamu pernah sakit hati?
saya pernah.
sangat sakit hati!
entah darimana saya bercerita tentang ini semua..
minggu yang sangat berat untukku. teramat sangat berat.
pernah kamu berpikir untuk mati ketika menghadapi semua masalah di hidupmu?
saya pernah. beberapa hari yang lalu.
bodoh memang. tapi itu yang terjadi padaku.
yang membuatku menangis entah untuk keberapa kalinya.
yang membuatku sedikit membenci diriku untuk pertama kalinya.
karena kelemahanku.
karena kecengenganku.
astaghfirullah. istighfar dengan pikiran gila di malam itu.
menyadari bahwa mati tidak menyelesaikan masalah.
aku sangat labil beberapa waktu belakangan ini.
teramat sangat.
sakit hati yang terlalu dan menyandang gelar pengangguran benar-benar menyiksa.
dengan caranya yang kejam, selalu berhasil menghancurkanku.
saya mungkin terlalu baik.
seberapapun dia menyakiti saya, saya tidak benci padanya.
tetap berpikir bahwa kami bisa berteman baik suatu saat nanti.
saya sangat sakit hati lagi beberapa hari yang lalu.
masih dengan masalah yang sama. yang itu-itu saja..
saya hanya benci karena dia tidak pernah menjaga perasaan saya yang selalu berusaha keras menjaga perasaannya.
saya hanya benci dengan kebohongan-kebohongan yang selama ini.
saya merasa ditipu. dibodohi.
saya sangat sadar bahwa waktu tidak bisa diputar kembali.
ntah bagaimana waktu dapat menyembuhkan sakitku.
atau bahkan waktu hanya bisa membuatku merasa terbiasa dengan rasa sakit itu.
tapi saya tidak akan mengemis apapun darinya.
tidak lagi.
saya sadar bahwa saya harus terus melangkah. saya kuat.
banyak hal yang saya ingin sampaikan padanya. tapi saya pikir tidak perlu lagi.
setidaknya tidak saat saya masih dengan luka ini.
dia menorehkannya terlalu dalam.
dia mengingkinkan menjadi temanku.
saya pun begitu, suatu saat nanti..
andai saja dia menyadari, bahwa usahanya selama ini terlalu keras untuk menajdi teman.
saya dapat menjadi teman untuk siapapun, tanpa usaha yang keras dari seseorang.
salah paham, salah sangka, salah mengerti, atau apapun namanya.
yang berujung hanya satu. sakit hati.
ketika luka ini sudah hampir sembuh, kemudian mengangga lebar lagi, bahkan lebih lebar dari sebelumnya.
oleh suatu hal yang saya sendiri pun tidak bisa menjelaskan sebabnya.
ini gila. ketika saya sendiripun ternyata tidak menginginkannya,
tapi saya tidak mau melepasnya.
sangat gila ketika saya tahu bahwa mendengar apapun tentang dia membuatku semakin terluka dan sakit hati,
tapi kabar darinya mampu menenangkanku.
tapi saya tidak akan meminta apapun darinya.
tidak lagi.
ah, saya memang bodoh.
bahkan dengan semua sakit yang saya rasa, saya masih mengharapkan dia bahagia.
mengejar apa yang dia cita-citakan, yang dia harapkan.
walau saya sangat sadar dia pun tidak memikirkan kebahagiaan ku. sedikitpun tidak.
saya mungkin sudah lupa cara untuk tertawa lepas.
untuk bahagia.
tapi saya menyadari sepenuhnya bahwa saya pun berhak bahagia.
saya benci mempercayakan kebahagiaan saya pada seseorang.
saya benci merasa terluka seperti ini sendirian,
sementara saya tau bahwa dia bisa tertawa di sana.
mempunyai seorang lain untuk berbagi kebahagiaan yang dia punya.
tidak kah dia bisa membuatku merasa bahwa kita sama-sama mencoba.
sama-sama berusaha untuk menyembuhkan luka kita masing-masing.
lalu kemudian mengejar kebahagiaan kita selanjutnya.
demi waktu yang tidak pernah bisa kemabali,
bahwa saya memohon untuk kebahagiaan saya.
suatu saat nanti.
every cloud has a silver lining my dear,
BalasHapusthis is might be the hardest part after all,
but one day, you'll thank for today courageous that makes you stronger and smarter than ever.
nothing last forever, so does with the sad-part.