"Kalau belum pandai bersyukur, berusahalah untuk mengurangi mengeluh"
Kalimat itu saya kutip dari status BBM salah seorang teman baik saya.
Awalnya saya mengutipnya karena suka dengan kata-katanya.
Simple, tapi kalau dipikirkan lagi ternyata banyak benarnya.
Dan setelah memposkannya di twitter saya sendiri, tiba-tiba Saya jadi kepikiran sendiri,
"sudah cukup kah saya bersyukur selama ini?"
Nyatanya selama ini saya lebih suka mengeluh dibandingkan dengan bersyukur.
Mengeluh karena pekerjaan yang tak kunjung habis.
Mengeluh karena tidak jago berbahasa Jerman walaupun saya berusaha memahaminya.
Mengeluh karena berat badan yang tak kunjung turun walaupun saya sudah berdiet.
Mengeluh karena potongan rambut yang kurang sesuai dengan keinginan.
Mengeluh karena internet di kost sering mati ketika malam hari.
Mengeluh karena belum punya pacar.
Dan mengeluh-mengeluh lainnya.
Tapi saya selalu lupa untuk bersyukur.
Lupa bersyukur karena masih punya pekerjaan, sementara orang di luar sana banyak yang bertahun-tahun menganggur.
Lupa bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk belajar bahasa lain, sementara di luar sana masih saja ada yang kesulitan membaca dan bicara.
Lupa bersyukur karena saya masih bisa makan, sementara di luar saya banyak orang yang puasa berhari-hari karena tidak punya uang.
Lupa bersyukur masih bisa memotong rambut ku dengan berbagai model, sementara di luar sana para penderita kanker harus ikhlas kehilangan rabutnya ratusan helai setiap harinya.
Lupa bersyukur karena masih bisa bermalam di kost yang nyaman, sementara di luar sana masih banyak orang yang tidak punya tempat tinggal memadai.
Lupa bersyukur karena saya dikelilingi sahabat-sahabat terbaik yang rela berbagi apa saja.
Dan entah lupa bersyukur untuk apa lagi.
Jadi, sudah kah kamu bersyukur hari ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar