Selasa, 03 Maret 2015

3 Maret (Lagi)

Mengulangi tanggal 3 Maret kesekian kalinya.
Ulang tahun kali ini rasanya mungkin sama seperti ulang tahun sebelumnya. Biasa saja.
Saya sebenarnya bukan orang yang menyanjung ulang tahun dibadingkan tanggal gajian hari lainnya. Walau saya sendiri suka merencanakan untuk membuat kejutan orang-orang spesial dalam hidup saya.
Tapi rasanya ketika kita membaca doa di hadapan lilin dan kemudian meniupnya agak terasa aneh ya? Haha
Keluarga saya pun bukan tipe yang mengingat tanggal ulang tahun anggota keluarga yang lain, ataupun tanggal lain semacam anniversary pernikahan atau tanggal wafatnya seseorang di keluarga kami. Bagusnya, kami terbiasa untuk tidak men-spesial-kan suatu tanggal, semua tanggal spesial dengan momennya masing-masing. Ciye.

Sebelumnya saya tidak percaya dengan adanya twenty-something-life-crisis sebelum saya mengalaminya sendiri. Di umur yang baru ini, saya akhirnya terkena sindrom itu. Munculnya sindrom tersebut biasanya karena tidak sadar bahwa lingkungan kita 'sudah berubah'. Teman-teman yang tadinya gampang untuk diajak jalan atau sekedar minum kopi sambil nongkrong sekarang mulai sulit untuk ditemui di akhir minggu, sahabat-sahabat yang tadinya tidak masalah untuk 'diculik' untuk short trip sekarang tidak lagi bisa karena ribet perizinan dengan kantor atau pasangannya, akhir pekan yang biasanya cukup menyenangkan dengan rencana-rencana seru sekarang berubah menjadi marathon datang ke kondangan yang undangannya datang silih berganti mengisi setiap weekend tidak peduli apakah itu Sabtu atau Minggu, padat. Bukan itu saja, perubahan yang awalnya tidak disadari di usia sebelumnya, tiba-tiba saja menyadari di usia ini bahwa teman-teman mulai menikah, ada lagi teman ada yang melahirkan anak pertama bahkan anak keduanya, atau mungkin teman yang belum menikah dan melahirkan justru malah pergi dan tinggal di luar negeri untuk kabur dari realita melanjutkan kuiah atau kerja. Sementara, pada masa krisis tersebut saya malah sibuk untuk berkaca dengan hidup saya yang sepertinya begini-begini saja. Masih terjebak dengan rutinitas bangun pagi-berdesakan di commuterline-diperas otak dan tenaga di kantor-pulang kantor-berdesakan lagi di commuterline-terkadang pergi ke gym untuk ikutan zumba atau yoga-pulang ke rumah-tidur-bangun pagi lagi dan begitu sampe kiamat seterusnya. Tahun baru kemarin sempat terpikirkan untuk melakukan suatu hal yang baru dalam hidup, tapi ternyata rutinitas membuat saya tidak lagi memikirkan hal itu. 

Tetapi beberapa hari belakangan ini saya benar-benar merasakan krisis itu. Awalnya bayangan menjadi wanita karir dan punya penghasilan sendiri, aktif di sana sini dan syukur-syukur bisa lanjut S2 tampak begitu keren di usia 20an awal, tapi entah kenapa mulai terjadi pergeseran belakangan ini. Jadi ibu rumah tangga, sambil dasteran dan ngangetin sayur di pagi hari jadi bayangan yang cukup menyenangkan. Haha. Bukan berarti saya bakalan dasteran tiap hari juga sih, tapi bayangan bahwa sudah seharusnya di umur segini saya punya pasangan yang bisa diajak tukar pikiran dan satu tujuan menjadi pikiran yang sering datang akhir-akhir ini.

Saya percaya bahwa menikah itu bukanlah lomba balap untuk cepet-cepetan justru menikah itu harus lama-lamaan, kalau bisa sekali seumur hidup #ciyegitu #ngeles

Tidak ada komentar:

Posting Komentar