Rabu, 26 September 2012

Selamat Ulang Tahun, Kakak BESAR!

Ah, iya. Hari ini kakak BESAR ku ulang tahun.
Kenapa BESAR nya harus ditulis capslock? Karena orangnya sangat besar dalam maksud sebenarnya. Hihi

Ya, tahun ini 26 tahun usia nya. Sudah tidak muda lagi bukaan?
Entah kapan dia memutuskan akan mengakhiri masa lajangnya (baca: menikah), tapi buat saya pribadi, hal itu bukanlah hal yang penting. Saya menghargai keputusannya.

Kali ini saya akan bercerita tentang abang saya itu. Karena kami orang Minang, saya memanggilnya dengan sebutan Uda (abang, dalam bahasa Minang).
Kami berbeda 2 tahun, tepatnya 1,5 tahun. Ya, tepat 1 tahun 6 bulan. Haha, perhitungan yang akurat!
Sejak dulu, orang-orang kadang suka salah menebak siapa yang kakak di antara kami. Biasanya, orang suka menebak bahwa saya adalah kakaknya. Setelah itu ia pasti dan selalu akan berkata dan tertawa 'tuh kan, emang tua muka lo, dek' dengan puasnya. Saat dulu masih kecil, jujur saya sebenarnya selalu kesal dan sedikit sedih kalau ia mengejek saya habis-habisan, tapi sekarang saya tidak peduli. Tampaknya saya memang memerlukan 'aura matang' demi menunjang pekerjaan. Hihi

Usia yang cukup dekat membuat kami justru tidak terlalu dekat saat masih kecil dulu. Mungkin saat itu, ia selalu mengganggapku hama pengganggu yang selalu mau mengikuti kemanapun dia pergi. Haha, biar saja. Saat itu saya tidak terlalu peduli karena saya tidak punya teman di komplek perumahan saya kala itu. Dia selalu mengusir saya kalau saya terlihat ingin gabung dengan ia dan teman-temannya.
Saat kecil, kami diasuh oleh pola pengasuhan yang sama. Tapi tampaknya kami tumbuh besar menjadi dua pribadi yang berbeda. Mama kami selalu berpendapat bahwa ia lebih ceria dan rame daripada saya. Haha, tampaknya Mama saya tidak tau bagaimana ceriwis anak gadisnya di luar rumah.

Hal yang paliing saya benci dari dia adalah kepala batunya. Saya lebih baik diam kemudian meninggalkannya kalau kepala batunya sudah mulai kumat. Percuma dilawan, dia pasti akan tetap dengan pendapat atau pemikirannya sendiri.

Ada satu beberapa hal yang saya kagumi darinya. Yang pertama adalah kemampuannya untuk 'sok-asyik' dengan orang-orang (no wonder dia sekarang menjadi Account Executive di sebuah event organizer di Jakarta) dan kemampuan berbahasanya yang menurut saya cukup hebat, mengingat kemampuan saya belajar bahasa di bawah rata-rata. *hiks*

Di balik sikap sotoy dan sikap sok-superiornya, saya tahu bahwa ia selalu berusaha melindungi saya dan mencoba sebaik mungkin untuk menjadi abang yang baik untuk saya.
HAPPY BIRTHDAY, UDA DICKY!
Saya pasti selalu berdoa segalanya yang terbaik untukmu. Love youu..
Now, blow your 26 candles, bro..




Kami adalah pasangan abang adik yang ga romantis, jadi kami jaraaang banget foto berduaan, ini ada beberapa di antaranya:

 Foto terbaru saat lebaran 2012 kemarin

Setelah kami dewasa, Da Dicky mulai sesekali mengajak saya untuk ikutan dalam kegiatan nongkrong bareng teman-temannya. Hehe

Memaknai Lebaran

Wah, sudah lama juga ga nulis blog.
Postingan terakhir tanggal 30 Mei 2012 sekaligus hari terakhir project '30 Hari Menulis'.

Kali ini saya akan bercerita tentang Iedul Fitri. Haha
Sudah agak lama juga yaa sebenarnya kalau mau bercerita tentang Iedul Fitri. Tapi ga apa-apa, karena tidak ada kata terlambat untuk memaafkan. *apa sik?*

Iedul Fitri tahun 2012 ini jatuh pada tanggal 19 Agustus 2012 di hari Minggu.
Lebaran kali ini berbeda. Akhirnya saya merasakan lagi harus kembali ke rumah agar tidak berlebaran di kota orang. Hehe
Maksudnya, selama saya menjadi anak kuliahan, berarti kurang lebih ada 4x lebaran yang saya harus melawan arus mudik untuk pulang ke Bekasi karena saat itu saya berada di Jogja. Pada tahun 2011 itu pertama kalinya setelah 4 tahun saya dari mulai puasa sampai lebaran di rumah. Hilang sudah tradisi ngabuburit di jalanan atau bahkan di Gelanggang UGM. *hiks*
Akhirnya tahun 2012 ini saya kembali melawan arus mudik dari Bandung menuju Jakarta.

Menurut saya, berpuasa di Bandung tidak terlalu buruk kok. Hal paling buruknya adalah saya hampir bisa dihitung jari untuk melakukan tarawih di masjid. Oh, no! #pencitraan

Ngomong-ngomong tentang lebaran, lebaran itu identik dengan saling memaafkan.
Hayoo, apakah pada lebaran kemarin kalian sudah sepenuhnya memaafkan kesalahan orang yang paling kalian benci?
Saya sudah sepertinya. Sebenrarnya bukannya sudah, tetapi tampaknya tidak ada orang yang saya benci kok belakangan ini. Ah, senangnya.

Semakin hari saya semakin memaknai lebaran dan memaafkan untuk diri saya sendiri.
Maksudnya begini, pada lebaran kemarin jujur saya hanya mengirimkan SMS/BBM/Twit/Telepon orang-orang terdekat saya saja. Orang-orang yang memang banyak berinteraksi dengan saya 1 tahun terakhir.
Kenapa begitu? Buat saya, ketika kita semakin banyak berinteraksi dengan seseorang, maka semakin banyaklah peluang kita untuk membuat kesalahan pada orang tersebut.
Kalau menghubungi saja jarang, bagaimana mau meminta maaf lahir dan batin atas keasalahan yang tidak kita perbuat?
Yah, mungkin bagi sebagian orang tidak setuju dengan pendapat saya, tapi saya sendiri lebih senang mendapatkan permohonan maaf secara personal dari orang-orang terdekat saya. :)

Oiya, saat lebaran biasanya masing-masing keluarga punya sajian lebaran yang berbeda-beda.
Di rumah beberapa saudara, ada yang menu spesialnya nasi padang, soto padang, soto betawi sampai mie ayam.
Untuk di rumah saya, biasanya sajian lebarannya konvensional seperti rumah-rumah pada umumnya, yaitu ketupat 9biasanya dilengkapi gulai nangka atau opor daging).
Tapi lebaran kali ini berbeda! Menu spesialnya adalah Lontong Medan! Yeay..
Buat yang belum pernah lihat, begini kira-kira penampakannya:

Lontong Medan ini terdiri dari: lontong itu sendiri, sayurnya pakai buncis dan wortel bersantan encer, ditambah tauco pakai udang, ada teri medan plus kacangnya, ada telur balado, boleh ditambah rendang daging dan ini yang paling penting: srundeng! :9

Anyway, ada 1 hal yang menarik yang akan saya ceritakan di sini.
Pada lebaran tahun ini, saya membuat cake sendiri! Ya, ini cake pertama yang saya buat sendiri. Haha
Sebagai pemula, saya belum apa-apa sudah tertantang untuk membuat Red Velvet Cake. Cake yang sedang happening saat ini. Dan saya berhasil!
Menurut adik-adik sepupu saya dan beberapa teman kantor yang sempat mencobanya, red velvet cake saya cukup enak. Senangnyaa.
Ada satu hal yang menurut saya kurang dari cake ini, yaitu cheese frosting nya, karena saya membuatnya terlalu encer. Ya, besok harus lebih baik lagi ya :D

 Ya, bentuknya memang ga menarik. Am worst at cake decorating. *sigh*


 Kalau sudah dipotong, tidak seburuk itu kaan? :D


Voila, this is it! Red velvet cake a la Chef Dhila :)

Rabu, 30 Mei 2012

Hari Terakhir!

Dan tiga puluh hari berakhir sudah.
Tiga puluh hari yang memaksa beberapa orang untuk selalu menuangkan apa yang ada di kepalanya menjadi satu postingan di blognya masing-masing.
Tiga puluh hari yang menimbulkan satu kebiasaan baru.
Tiga puluh hari merasa berkewajiban menceritakan satu hal ke enam orang.

Ya, dan project 30 hari menulis ini berakhir di tanggal 30 Mei 2012.
Tampaknya saya akan menjadi donatur terbesar untuk kopi darat nanti.
Dan sepertinya kebiasaan menulis saya belum terbentuk hanya dari tiga puluh hari saja.
Mungkin saya perlu tiga puluh hari kedua, tiga puluh hari ketiga dan entah tiga puluh hari keberapa lagi.

Tapi satu yang pasti, bahwa saya berani untuk menuliskan apa yang saya pikirkan.
Saya berani untuk mengungkapkan apa yang saya rasakan.
Saya berani untuk berbagi cerita dengan orang banyak.
Tapi terlepas dari itu semua, saya berani menjalani sebuah komitmen. Komitmen untuk menulis.

Selasa, 29 Mei 2012

SugaRush!

Kali ini Saya akan berbagiinfo kuliner di Bandung.
Tau red velvet cake dong? Cake yg lg happening banget saat ini.
Dan akhirnya malam ini saya mencoba red velvet cake di Sugarush, sebuah cafe kecil di Jalan Braga no. 83.
Cafe ini punya interior yang unik, dengan suasana yang hangat dan homey, mengingat jalan Braga yang memang wilayah tua di Bandung.
Selain red velvet cake, spesialisai Sugarush jg di berbagai macam cake yang sedang trend saat ini, seperti: rainbow cake, macaroons, churros. Selain itu ada juga makanan Italia semacam pasta, lasagna dan lain-lain.

Karena rainbow cakenya cuma terdiri dari lima layer dan warnanya kurang eye-catching, pilihan saya kali ini jatuh pada red velvet cake.
Cake merah yang dibandrol dengan harga Rp 20.000 ini mempunyai rasa yang tidak terlalu manis, sehingga tidak eneg. Cakenya pun agak padat dengan kandungan air yang tidak terlalu banyak. Pas sekali kalau maucari camilan yang mengenyangkan.
Dengan harga segitu, kita sudah mendapatkan sepotong besar cake yang terdiri dari dua layer. Nyaaam..

 Ini dia cake merah dengan tekstur beludru yang terkenal itu! :D

 Sempat mencoba macaroons nya juga. Harus saya akui, macaroons di Sugarush enak krn tdk terlalu manis!

Pilihan saya jatuh pada green tea dan raspberry macaroons

Senin, 28 Mei 2012

Temukan Saya di LinkedIn

Mungkin awalnya ide untuk mengumpulkan teman-teman dan melakukan 30 Hari Menulis adalah saya pertama kalinya.
Tapi tampaknya silakan hukum saya karena selalu saja menyampaikan banyak alasan untuk tidak menulis.
Dan tampaknya saya lah yang akan menjadi donatur terbesar saat 'kopi darat' nanti. Haha

Oke, ada sedikit yang akan saya ceritakan dalam postingan ini.
Saya baru saja membuat akun di LinkedIn. Haha
Awalnya adalah obrolan ringan saya dan seorang teman baik di De Luca untuk merayakan ulang tahunnya yang sudah sangat terlambat.
"Hah? Kamu gak punya LinkedIn? Kamu kan HRD, seharusnya punya akun itu"
Dan akhirnya saya memutuskan untuk membuat akun itu tadi pagi.
Baru saja beberapa menit akun saya jadi dan saya masih meraba-raba fitur di situs tersebut, saya merasa menikmatinya.
Situs ini menurut saya keren. Situs yang duluuuuu pernah saya bayangkan. Situs pencarian tenaga kerja.
Tentu saya saya yang saat ini berprofesi sebagai HRD sangat terbantu dengan adanya LinkedIn.
Saya bisa mencari orang-orang yang saya pikir dapat saya tawari beberapa posisi di perusahaan saya.
Ah, menyenangkan rasanya.

Sore tadi saya baru menyadari satu hal. Bahwa mungkin saja di luar sana para rekruter berusaha mencari tenaga kerja dari situs ini.
Mungkin saja di luar sana pada akhirnya akan mendapatkan karyawan yang ternyata adalah karyawan saya.
Dan ini merupakan ancaman kecil untuk saya.

Yah, pada akhirnya saya kembali menyadari bahwa sesuatu tercipta lengkap dengan sisi baik dan buruknya.

Rabu, 23 Mei 2012

Tentang Rasa Syukur

"Kalau belum pandai bersyukur, berusahalah untuk mengurangi mengeluh"

Kalimat itu saya kutip dari status BBM salah seorang teman baik saya.
Awalnya saya mengutipnya karena suka dengan kata-katanya.
Simple, tapi kalau dipikirkan lagi ternyata banyak benarnya.
Dan setelah memposkannya di twitter saya sendiri, tiba-tiba Saya jadi kepikiran sendiri,
"sudah cukup kah saya bersyukur selama ini?"
Nyatanya selama ini saya lebih suka mengeluh dibandingkan dengan bersyukur.
Mengeluh karena pekerjaan yang tak kunjung habis.
Mengeluh karena tidak jago berbahasa Jerman walaupun saya berusaha memahaminya.
Mengeluh karena berat badan yang tak kunjung turun walaupun saya sudah berdiet.
Mengeluh karena potongan rambut yang kurang sesuai dengan keinginan.
Mengeluh karena internet di kost sering mati ketika malam hari.
Mengeluh karena belum punya pacar.
Dan mengeluh-mengeluh lainnya.
Tapi saya selalu lupa untuk bersyukur.
Lupa bersyukur karena masih punya pekerjaan, sementara orang di luar sana banyak yang bertahun-tahun menganggur.
Lupa bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk belajar bahasa lain, sementara di luar sana masih saja ada yang kesulitan membaca dan bicara.
Lupa bersyukur karena saya masih bisa makan, sementara di luar saya banyak orang yang puasa berhari-hari karena tidak punya uang.
Lupa bersyukur masih bisa memotong rambut ku dengan berbagai model, sementara di luar sana para penderita kanker harus ikhlas kehilangan rabutnya ratusan helai setiap harinya.
Lupa bersyukur karena masih bisa bermalam di kost yang nyaman, sementara di luar sana masih banyak orang yang tidak punya tempat tinggal memadai.
Lupa bersyukur karena saya dikelilingi sahabat-sahabat terbaik yang rela berbagi apa saja.
Dan entah lupa bersyukur untuk apa lagi.

Jadi, sudah kah kamu bersyukur hari ini?

Senin, 21 Mei 2012

Comfort Zone

Hari ini Saya berkantor di palmerah, bukan di Bandung.
Lagi-lagi menemukan banyak kesenangan di sini. Zona nyaman? Mungkin.

Kembali inget kalau banyak orang yang pergi dari sini, yah walaupun banyak juga yang datang sih,
tapi tetap saja, yang namanya perpisahan itu selalu tidak mengenakkan, bukan?
Dan tiba-tiba selalu teringat kata-kata Saya ke Viche,
"Apa ya yang kira-kira bisa bikin Saya resign dari sini?"

Sabtu, 19 Mei 2012

Vaksinasi dan Imunitas

Pasti kita semua sudah pernah mendengar istilah vaksinasi atau imunisasi kan?
Vaksinasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Vaksin sendiri artinya bahan yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit.
Tetapi mungkin tidak banyak yang tahu bahwa pada setiap pemberian vaksin pada anak (imunisasi) dapat menimpulkan demam pada anak. Terkadang ada yang sampai membahayakan nyawa anak tersebut.
Ternyata hal tersebut yang menjadi kontrovesi di beberapa kalangan.

Hari ini saya datang ke acara seminar 'Kontroversi Vaksin'. 
Seminat yang seru dan jauh dari bayangan saya sebelumnya tentang seminar kesehatan.
Banyak yang datang dari berbagai kalangan. Dari mulai dokter, praktisi kesehatan lain, bidan dan orang awam seperti saya dan dua teman lainnya. Hehe
Salah satu klangan yang menarik perhatian saya adalah para wanita muslim yang memakai jilbab besar dan panjang. (Saya tidak tahu istilah untuk kalangan itu. Ada yang bisa bantu?)
Saya baru tahu kalau mereka merupakan golongan yang cukup anti-vaksin.
Mereka yang anti-vaksin berpendapat karena bahan katalisator vaksin yang berasal dari enzim tripsin babi maka vaksin tersebut jadi haram, belum lagi karena efek demam pada anak setelah diberi vaksin dirasa membahayakan bayi mereka.
Padahal tujuan diciptakan vaksin adalah untuk menghindari atau meringankan akibat dari penyakit berbahaya yang mematikan.
Beberapa dari mereka berpendapat bahawa Air Susu Ibu (ASI) saja sudah cukup untuk menjaga kekebalan tubuh bayi.
Saya bukannya tidak setuju dengan ASI. Saya percaya sepenuhnya bahwa ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. Tapiiii melihat perkembangan penyakit masa kini sudah cukup mengkhawatirkan, saya pikir perlu ada cara lain yang dilakukan untuk menjada kesehatan seseorang.

Saya sendiri pro-vaksin. Itu bukan berarti saya setuju dengan memakan enzim babi ya. Tapi perlu dibedakan antara zat katalisator dengan zat penyusun. Zat katalisator diperlukan untuk membantu proses tanpa ikut bereaksi. Lagipula, vaksinasi melewati jutaan kali proses pencucian. 
Jadi, merurut saya tidak ada keraguan untuk memberikan vaksin kepada anak-anak saya kelak. Insya Allah.

Jumat, 18 Mei 2012

Satu Hari Libur

Ternyata menepati janji tidak semudah membuatnya ya?
Terbukti dengan pelanggaran-pelanggaran yang saya buat beberapa hari belakangan ini.
Pelanggaran untuk selalu mengunggah tulisan setiap harinya sampai hari ke tiga puluh. Hehe

Kemarin saya menghabiskan satu hari libur kenaikan Isa Almasih bersama Oino.
Oino mengunjungiku ke Bandung untuk kedua kalinya. Yay!
Dan akhirnya menghabiskan waktu dengan makan dan makan dan ngemil dan makan.
Gagal sudah rencana diet minggu ini.



Senin, 14 Mei 2012

Weekend di Bandung

Haha, tampaknya sudah beberapa hari saya tidak menyetor tulisan di blog ini ya? Harus saya akui ternyata menulis saat weekend memang sedikit sulit.
Saya akan bercerita tentang weekend kemarin. And here we go.


Weekend kemarin saya lewati di Bandung. Dua hari yang cukup menyenangkan saya pikir.
Di hari Sabtu saya ke nikahannya Mas Asgan dan di hari Minggu nya saya hanya ke event STV dan belanja beberapa pakaian. Rasanya seperti turis yang baru pertama ke Bandung.


Oke, talk about marriage.
Sabtu kemarin Saya ke nikahannya seorang teman baik saya. Asgan Riza Nasrullah namanya.
Akhirnya perjalanan cintanya berakhir juga kali ini.
Berakhir dalam artian baik. Berakhir karena dia memantapkan hati pada pilihannya.
Dan saya turut senang untuk itu.
Meirisa Hilda Sukasa nama pendampingnya kini, biasa dipanggil Ica.
Banyak cerita yang mereka lewati bersama. Beberapa saya kertahui dan beberapa lainnya tidak.
Yang pasti, saat ini mereka bahagia dengan pilihan mereka masing-masing.



Sabtu hari yang sangat menyenangkan buat akhir mingguku kemarin.
Beberapa teman UFo datang ke Bandung. Dan ah, rasanya saya sudah lama tidak tertawa sebanyak kemarin.


Selamat menikah, Mas Asgan dan Ica. Selamat menempuh hidup baru.
Berikan saya keponakan yang lucu-lucu yaa.. :D








Jumat, 11 Mei 2012

Hari Terakhirnya

Hidup itu mungkin semacam datang dan pergi.
Ada yang meninggalkan, ada yang ditinggalkan.
Seorang teman baik, atau mungkin lebih dari baik, dia special, pernah berkata pada saya di suatu malam:
"Posisi kamu lebih enak. Kamu yang meninggalkan. Aku terlalu sering menjadi pihak yang ditinggalkan".
Saat itu saya tidak bisa memilih mana yang lebih enak, meninggalkan atau ditinggalkan.
Sama tidak enaknya. Sama sedihnya. Sama sesaknya.


Saat itu mungkin di satu malam itu saya pergi meninggalkannya.
Sangat sedih. Mungkin itu kesedihan saya yang teramat sangat.
Dan kali ini terulang lagi untuk kedua kalinya.
Kali ini saya menjadi pihak yang ditinggalkan.
Dan rasanya lebih aneh.
Aneh karena kamu tidak ada di dekatnya untuk melihat punggungnya semakin menjauh.
Aneh karena kamu tidak bisa memberinya pelukan perpisahan.
Aneh karena kamu belum sempat mengucapkan sampai jumpa dan merapalkan beberapa doa untuknya.


Seorang yang mungkin lebih dari teman.
Seorang yang penah berjuang bersama di sisimu.
Seorang yang kamu tahu bisa mengajaknya tertawa bahkan sedih bersama.
Seorang yang pernah menemanimu melewatkan beberapa malam di sebuah kota.
Seorang yang kamu ajak berdebat saat pendapatmu ditolaknya.
Seorang yang bisa menjadi kakak dan adik di saat bersamaan.


Ah, saya tahu bahwa ada yang lebih baik menunggunya di sana.
Semoga sukses, my best partner in crime.
Saya pasti akan selalu kangen bekerja bersamamu.

Kamis, 10 Mei 2012

Nama

Ada beberapa kota yang kamu bisa memberinya nama sesuai perannya.
Saya menamai Bekasi sebagai rumah dan Jakarta sebagai tumbuh kembang.
Kota dimana saya harus pulang dan kota dimana saya bisa 'menikmati' serunya hidup.
Tempat dimana saya membentuk impian.






Saya namai Bandung sebagai belajar. Di sini saya banyak belajar.
Bukan belajar seperti di sekolah memang. Belajar tentang hidup.
Saat kamu dinilai karena hasil kerjamu. 
Bukan lagi dinilai karena fisikmu, apa yang kamu punya dan bagaimana latar belakang keluargamu.
Saat semua mata punya penilaiannya masing-masing atas apa yang kamu lakukan.
Bagaimana kamu memperlakukan seseorang, atau bahkan tentang bagaimana kamu memimpin mereka.






Dan Jogjakarta, ah entah bagaimana saya menamainya.
Biarkan saya menyebutnya sebagai kota dengan sejuta kenangan.
Tempat saya ditempa segala pengharapan.



Rabu, 09 Mei 2012

Internet

Akhir-akhir ini internet kost selalu bermaslah.
Selalu pulang kantor dengan rencana rapi,
nanti sampai kost mau lanjut kerja, jam 11 mau nulis blog.
Selalu seperti itu.
Nyatanya keadaan tidak selalu seindah rencananya.
Alam ternyata berkonspirasi agar aku tidak menulis lagi malam ini.


Internet.
Ternyata saya segitu membutuhkannya.
Saya yang katanya hidup di era modern.
Saya begitu membutuhkannya. Ternyata.

Senin, 07 Mei 2012

Menjadi Masokis

Kemarin saya mengalami operasi kecil sekali lagi.
Operi gusi untuk membuka geraham bungsu saya.
Dan saya kemudian menyadari beberapa hal.
Dulu saya taku banget sama yang namanya dokter gigi.
Buat saya, tidak ada lagi yang lebih menyeramkan dibandingkan dengan dokter gigi.
Tapi semakin dewasa saya semakin berani dengan dokter gigi.
Dulu ibu saya sampai harus berada di samping saya untuk menenangkan saya yang biasanya menangis kencang.

Tapi kali ini berbeda.
Dengan langkah gagah berani saya memasuki praktek dokter gigi,
Duduk di kursi hidroliknya, dan membuka mulut saya bahkan sebelum disuruh.
Dokter gigi saya memeriksa sebentar, menyentuhkan alat-alatnya yang menyeramkan ke beberapa gigi saya,
Dan pada akhirnya menyuruh asistennya untuk mengambilkan obat bius.

Saat itu saya baru menyadari masalah apa yang akan terjadi berikunya.
Saya panik, telapak tangan tiba-tiba basah.
Tapi saya mencoba untuk tetap terlihat santai.
Asisten sang dokter gigi mendekati kursi hidrolik saya, dan terlihat memberikan suntikan kepada dokter.
Suntikan itu kecil, berujung bengkok dan berisi cairan berwarna cokelat keruh.
Dokter harus menyuruh saya membuka mulut kali ini, dan dengan santai menyuntikkan anasthesi ke beberapa bagian dalam mulut saya.
Ada tiga titik yang sangat sakit seingat saya.
Tapi saya terlalu gengsi untuk menangis kali ini.
Reaksi saya kali itu hanya menggerakkan kali sedikit, dengan tangan semakin basah.

Dokter selesai menyuntikkan anasthesi ke dalam mulut saya, ia meminta saya untuk berkumur.
Saya menurutinya.
Tidak beberapa lama saya merasa lidah pipi saya mati rasa dan lidah menebal.
Anasthesi sudah bekerja.

Dokter meminta saya untuk berbaring lagi, dan membuka mulut saya.
Ia sudah dua kali meminta itu kepada saya.
Hitungan itu kuhitung betul. Dua kali.
Dengan bebas ia memasukkan alat entah apa ke dalam mulut saya.
Menekannya sedit, atau banyak? Entah lah.
Saya tidak merasakan sakit apapun, tapi masih bisa merasakan tekananya sedikit.

Dan dokter mulai bekerja dengan tenang.
Sesekali ia menyuruh asistennya untuk membantunya.
Dan dengan menit yang cukup lama, operasi kecil itu selesai.
Seperti dokter gigi manapun, dokter ini juga mempelihatkan 'hasil kerjanya' kali ini.
Dia menaruh potongan gusi kecil di atas kain kassa sambil bilang, "ambil. Buat kenang-kenangan".
Saya pun kali itu cuma bisa menerima kassa kecil itu sambil merasakan kebas di sekitar mulut.

Saya kembali duduk di ruang tamu sang dokter.
Menunggu ayah saya yang juga teman dokter gigi selesai mengobrol.
Sesekali mereka mengobrolkan orang yang saya kenal, selebihnya berbicara entah tentang siapa.

Kemudian saya berpikir, kali ini saya hebat juga ya?
Tidak takut atau pun menangis ketika ke dokter gigi kali ini.
Saya percaya bahwa anasthesi akan membantu saya untuk tidak merasakan sakit sedikitpun.
Tapi ada satu hal yang saya lupa, bahwa proses memasukkan anasthesi itu yang sangat menyiksa.
Dan saya mulai mengingat-ingat rasa saat saya dibius lokal.
Kalau saya boleh jujur, saya mulai menikmati rasa sakitnya pada satu titik terakhir, yang juga titik yang paling nyeri saat disuntik.

Kata seseorang, 'wanita diciptakan untuk menahan sakit tiga kali lebih baik dari pada pria'. Mungkin karena itu, atau mungkin saya sudah terlali terbiasa dengan rasa sakit yang lain? Haha
Semacam menikmati menjadi masokis?

Jumat, 04 Mei 2012

Belajar

Kehidupan ini adalah ladang ilmu, tempatmu belajar tentang banyak hal.
Ladang belajar menanam apa saja,
Dan belajar menuai apa yang kamu tanam sebelumnya.


Kehidupan ini adalah ladang belajar.
Belajar berinteraksi dengan berbagai macam penduduknya.
Ada yang tua, muda, tinggi, pendek, pintar, bodoh dan lain sebagainya.
Sapa para penduduk ladang dan dapatkan pelajaran dari ceritanya.


Kehidupan ini adalah ladang belajar.
Ladang belajar dan mengajari.
Ladang pertanyaan. Bertanya dan ditanya.
Ladang inspirasi. Menginspirasi atau terinspirasi.


Selamat belajar.




NB: Post ini seharusnya diunggah pada saat Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei.

Selasa, 01 Mei 2012

Hari Pertama

Saya menekan tombol 'compose mail' di e-mail saya siang ini.
Memasukkan beberapa alamat e-mail.
Beberapa sudah pernah saya kirimi e-mail sebelumnya,
dan beberapa adalah e-mail pertama saya untuknya.
Diam sebentar dan menyadari, entah harus mengetik apa.
Membuat tab baru dan mengetikan google.com
Di mesin pencari itu pun saya bingung tentang apa yang saya cari.
Mengetik 'menulis adalah', kemudian menghapusnya.
Berganti 'menulis catatan', dan kembali menekan tombol backspace.
Entah apa yang menuntun saya menemukan quote yang menurut saya bagus.
Quote yang menurut saya pas dengan tujuan pengiriman e-mail siang ini.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” -Pramoedya Ananta Toer-






Dan kalimat itu yang kemudian saya pakai untuk pembuka e-mail maha penting ini.
Menjadi maha penting ketika menjadi project pertama yang saya menjadi benang merahnya.
Project '30 Hari Menulis' namanya.


Saya lanjutkan mengirim e-mail yang berisi nama, sejumlah akun twitter dan dilengkapi blog setiap individu.
Dan mengirimkan pada mereka masing-masing satu.

Saya 'memaksa' diri saya untuk menulis. Ya, memaksa.
Kali ini bukan hanya sebagai penikmat tulisan, tapi saya akan membuat satu setiap harinya.
Saya pun belum merencanakan akan menuliskan apa.
Bahkan masih tidak yakin akan selalu menepatinya. 
Tapi saya memaksa. Ya, memaksa.
Dan ini lah tulisan pertama saya.
Masih dengan gramatika yang salah.
Masih penuh ejaan yang belum disempurnakan.
Tapi setidaknya saya mencoba.
Mencoba merekam apa yang terjadi dalam hidup saya dalam sebuah tulisan.
Bukan hanya ketika saya berada di titik terbawah,
tapi juga saat saya berada di titik teratas, atau bahkan di antaranya.
Saya memaksa diri saya. Ya, memaksa.

Saya memaksa terlalu banyak pada diri saya beberapa waktu belakangan ini.
Beberapa dari paksaan itu mungkin tidak menyenangkan, tapi beberapa lainnya justru menguatkan saya.
Membuat saya sadar bahwa saya punya tenaga yang lebih besar untuk menghadapi hidup yang semakin menggila ini.
Ya, saya bisa.

Kamis, 26 April 2012

Puisi Manis Untuk Saya

Ada sebuah puisi singkat yang manis untuk Saya.
Ditemukan di blog ini dengan tidak sengaja.
Ada nama 'fadhila' tertera di situ.
Entah itu adalah Saya, atau ada nama 'fadhila' lain dalam hidupnya.



puisi untuk fadhila


dia masih di sana

menikmati senja dan ingatan

tak ada yang membawanya pulang 

bahkan hujan


jakarta utara, 11 41 AM - 15 oktober 2011
 
 
Singkat dan entah apa artinya. Saya pun belum semahir itu mengartikannya.
Tapi saya menyukainya.
Saya suka dibuatkan puisi oleh orang lain.
Merasa diperhatikan. Dan perasaan hangat lainnya.
Terimakasih, Abang. :)

Samar

Ini Saya tulis di sebuah hotel di Semarang. 
Dibalik selimut tebal dan sayup musik terdengar. 
Dalam empat malam perjalanan dinas. 
Yang entah berarti apa. 

Tidak ada yang bisa saya banggakan untuk diceritakan. 
Ketika semua berjalan dengan biasanya. 
Dan masih dengan rindu yang sama. 
Tidak berubah sedikitpun. Tidak. 

Saya masih suka menatap hujan. 
Masih menyukai aroma hazelnut dari uap minuman. 
Dan ternyata Saya masih sama seperti yang dulu. 
Tidak berubah sedikitpun. Tidak. 

Dan ketika Saya berkata bahwa bayangmu semakin samar. 
Percayakah? 
Mengertikah?