Jumat, 13 Mei 2016

Kali Pertama


Hampir setahun belakangan ini saya rajin menyelipkan satu nama dalam doa-doa saya.
Untuk kesuksesannya, untuk keselamatannya, untuk kesehatannya dan untuk hal baik lainnya.

"Allah yang Maha Berencana, pertemukanlah saya dengan dia suatu saat nanti. Dan pada saat kami bertemu, perkenankanlah saya dan dia saling memahami satu sama lain. Saya mohon dengan sangat. Mohon dengan sangat."

Siang ini, seluruh alam semesta berkonspirasi.
Dia ada di depan saya. duduk meminum kopi dari gelas kertasnya.
Ditemani dua orang lain dan terlibat obrolan cukup seru sepertinya.
Saya yakin itu dia. Postur yang saya hafal hampir setahun belakangan.

Kami tidak ada interaksi. Hanya saya yang memandanginya dengan antusias dan lutut lemas.

Ya, kadang begitulah cara Tuhanku yang Maha Baik mempertemukan kami.


Starbucks Menteng, saat matahari sedang terik-teriknya.

Kamis, 12 November 2015

Tentang Papa Yang Seorang Ayah


Dulu saya selalu melihat ayah saya sebagai orang yang galak, tegas dan dominan di rumah.
Kalau bisa saya ibaratkan, ayah saya adalah salah satu contoh nyata dari Alpha Male. Tegas, sangat 'lelaki' dan dominan.
Ada sebuah quote yang mengatakan bahwa, "Pada akhirnya seorang anak perempuan, akan mencari pasangan yang mirip seperti ayahnya". 
Tapi tidak dengan saya. Beberapa tahun silam, mungkin saat itu saya masih SMP, saya malah tidak mau mempunyai pasangan seperti ayah saya, saat itu.
Saya tidak mau mempunyai pasangan yang galak, tegas, suka marah-marah, dominan dan tidak romantis.

Tetapi ternyata setiap quotes yang ada tidak dibikin dengan main-main. Pasti quotes tersebut tercipta karena pemikiran yang mendalam dan dari pengalaman yang tidak sedikit.
Beberapa tahun setelah saya ngebatin hari itu, saya harus mengakui bahwa standar saya dalam 'melihat' seorang lelaki adalah dengan ayah saya sebagai pembandingnya.
Dulu ayah saya terlihat galak dan suka marah-marah, sekarang saya kalau melihat lelaki yang bertutur kata lemah lembut seperti 'kurang laki' gitu. Hehe. Dulu saya melihat ayah saya sebagai seorang yang pengatur dan dominan, sekarang saya suka sebal sendiri kalau menghadapi lelaki yang tidak bisa menentukan pilihan, tidak bisa memutuskan kita akan jalan ke mana dan memberikan saya kebebasan untuk menentukan kita makan apa malam ini (yang biasanya akan saya jawab dengan satu kalimat sakti, 'terserah').

Selain sifat-sifat yang saya sebutkan di atas, ayah saya adalah seorang yang amat cerdas. Ia seperti ensiklopedia berjalan. Jauh sebelum saya mengenal google, ayah saya adalah orang pertama yang saya akan tanya tentang banyak hal yang tidak saya ketahui jawabannya. Ia mungkin akan menjadi orang yang akan saya telepon saat mengambil pilihan bantuan 'Phone a Friend' kalau kuis Who Wants To Be a Millionaire masih ada.

Walaupun tampilan ayah saya cukup seram dengan kumis tebalnya, sebenarnya ia sangat ramah. Ia suka sekali berbicara tentang banyak hal dengan banyak orang. Dari mulai dokter, politikus partai sampai tukang jaga pom bensin sering ia ajak mengobrol. Ibu saya terkadang suka sebal kalau ia mengajak ayah ke pasar. Kegiatan berbelanja akan berakhir dengan waktu yang menjadi 2x lipat lebih lama karena ayah saya sibuk mengajak ngobrol tukang sayur dan tukang daging.

Mengingat saya cukup keras kepala, maka saya sadar betul bahwa saya membutuhkan laki-laki yang keras kepalanya jauh di atas saya. Seseorang yang akan kekeuh merayu saya untuk mau mengikuti perkataan dan pemikirannya. Seseorang yang akan 'memaksa' saya untuk mempercayainya tanpa saya ragu dengan banyak bertanya.

Ayah saya adalah seorang yang royal. Ia berprinsip bahwa harta yang ia punya hanyalah titipan dan tidak akan dibawa mati. Maka dari itu ayah saya tidak 'hitung-hitungan' soal uang. Yah, walaupun seringkali sifatnya yang satu ini dimanfaatkan oleh teman-temannya. Sekarang, saya suka gemas sendiri kalau bersama laki-laki yang perhitungan dan cenderung pelit. Bukannya saya tidak mampu membayar sendiri ya, tetapi alangkah baiknya apabila lelaki itu tidak terlalu perhitungan, misalnya sampai minta pisah bon saat makan bersama agar ia tidak terjadi salah hitung tagihan makan kami berdua. Ew.

Di antara teman-temannya, ayah saya juga terkenal mampu menghidupkan suasana, entah dengan jokes-nya yang garing atau dengan sifat usilnya. Sekarang, saya menyadari bahwa saya menaruh perhatian berlebih pada lelaki yang mampu membikin suasana menjadi ramai menyenangkan ketika berkumpul.

Yah, pada akhinya saya harus mengakui bahwa (mungkin) saya mencari pasangan yang (ada) mirip(nya) dengan ayah saya.

Selamat hari ayah, Papa. Semoga Papa selalu sehat dan bahagia yaa :)

Senin, 28 September 2015

Alpha Female

AL: Aku gak mau sama dia karena dia Alpha Female.
Me: Emang punya pasangan Alpha tuh ga enak ya?
AL: Kalau kamu cowok gak enak. Males kali kalau ceweknya dominan gitu.
Me: Tapi kalau sifat dominan itu ditunjang dengan pribadi yang mandiri, cerdas, asik, menyenangkan dan hal positive lainnya masih juga gak oke buat cowok-cowok?
AL: Apa gunanya berpasangan kalau gak saling mengandalkan?
Me: Buat apa ngandelin orang lain kalau masih bisa dikerjain sendiri?
AL: Cowok itu bangga kalau bisa diandalkan.
Me: Gunanya berpasangan? Gunanya buat teman ngobrol, teman tukar pikiran, teman sayang-sayangan

Yah, begitulah kira-kira isi percakapan saya via whatsapp dengan seorang sahabat mengenai alpha female. Sahabat saya yang seorang pria merasa bahwa mempunyai pasagan alpha female tidak enak karena wanitanya akan menjadi sangat dominan dan ujung-ujungnya sang pria merasa tidak dibutuhkan lagi.
Padahal pria yang sudah tidak dibutuhkan lagi tidak akan dibuang begitu saja oleh para wanita loh, masih bisa di reuse-reduce-recycle kan? #krik

Selasa, 01 September 2015

New Journey In Life

Lagi-lagi saya membuat babak baru dalam hidup ini.
Sebuah quote pernah menuliskan "Life Starts At The End of Comfort Zone".
Dan kembali saya keluar dari comfort zone itu.

Meninggalkan dunia yang mulai saya kenal.
Meninggalkan teman-teman yang mulai familiar.
Meninggalkan rute yang hampir tiga tahun saya tempuh setiap harinya.

But i'm so ready about a new journey! *excited*

Kamis, 05 Maret 2015

Surat Kepada Calon Pacar

Dear calon pacar,

Di mana pun kamu berada saat ini, mungkin sangat dekat atau malah sangat jauh sekali, saya percaya bahwa kita berdua sedang menunggu saat yang tepat untuk dipertemukan. Bukankah jodoh adalah seseorang yang bertemu di waktu, tempat dan situasi yang tepat? Untuk apa kita bertemu saat ini tetapi ternyata waktunya belum sesuai? Dan saya lagi-lagi harus mengulangi kesalahan saya yang sama seperti waktu-waktu dulu. Saya yakin saat ini bukan cuma saya yang sedang berjuang memantaskan diri untukmu sampai akhirnya kita bertemu, tetapi kamu juga pastinya sedang memantaskan diri untuk bertemu denganku suatu saat nanti kan? Saya bukannya orang yang tidak mau diajak berjuang bersama, justru saya merasa bahwa pada saat kita berjumpa nanti, kita akan berjuang bersama untuk menjalani hidup ini sebaik-baiknya.

Calon pacar yang baik, saat ini saya sama sekali belum mengenal dirimu. Apakah kamu tua atau muda, tinggi atau pendek, kurus atau gemuk, berkulit sawo matang atau putih pucat, tapi saya berharap kamu tidak lebih muda dari saya, karena saya mengidamkan seorang lelaki yang sudah lebih dulu melihat dunia untuk dapat menceritkan isinya kepada saya, walau saya juga tidak mengharapkan kamu terlalu berumur yang bahkan tidak tahu bahwa trend selfie sedang merebak tahun 2010an. Saya juga berharap kamu adalah seorang yang lebih tinggi dari saya agar saya merasa nyaman berjalan di sisimu. Tapi saya tidak peduli apakah kamu kurus atau gemuk, buat saya selama kamu sehat itu cukup. Kamu tidak harus berbadan besar dan kekar seperti Ade Rai ataupun Agung Hercules, selama kamu bisa menemaniku jalan kaki berkeliling kota atau kuat mengangkat galon air di rumah kita nanti, itu sudah cukup kok. Saya juga tidak keberatan apakah kamu merokok atau tidak, walaupun sebenarnya saya lebih menyukai wangi parfum yang segar daripada bau asap rokok yang menguap dari kemejamu. Saya hanya keberatan jikalau kamu adalah pengguna narkotika. Saya tidak mau hari-hari kita nantinya akan selalu was-was akan incaran polisi dan saya harus bolak-balik ke panti rehabilitasi untuk menemuimu. Kamu pun tak mau hal itu kan? Saya tidak peduli apakah kamu berkulit putih pucat atau sawo matang bahkan sedikit gelap. Bahkan menurut saya, pria dengan kulit gelap terkadang tampak lebih seksi. Yang saya peduli adalah kamu selalu menjaga kebersihan tubuhmu. Tidak perlu kamu mandi sehari lima kali, tapi selama kamu tidak bau keringat, saya tidak keberatan untuk berdekat-dekatan denganmu. Karena saya sendiripun ada kala nya malas mandi ketika akhir pekan kok. Hihi.

Calon pacar, saya mengharapkan kamu adalah seorang yang cukup cerdas. Bukan saya sangat pintar sehingga saya berharap kamu harus sangat pandai, kamu tidak perlu memenangkan olimpiade fisika atau penemu rumus layaknya Phytagoras yang sampai sekarang rumusnya selalu dipakai di bangku sekolah, saya hanya berharap bahwa kamu mengetahui banyak hal di dunia ini sehingga kita tidak akan pernah kehabisan obrolan. Kamu tahu? Saat kita tua nanti dan rumah kita kembali sepi, tidak ada hal yang dapat kita lakukan berdua selain mengobrol bukan? Saya tidak keberatan duduk diam menunggumu selesai membaca koran di pagi hari, asalkan kamu bisa selalu mengisi otakmu dengan hal yang berguna karena saya selalu menaruh kekaguman berlebih dengan orang cerdas.

Saya juga berharap kamu mempunyai selera humor yang bagus. Bukan berarti kalau kamu cerdas maka kamu harus selalu membicarakan hal yang berat dan butuh pemikiran mendalam ketika kita berkencan nanti. Perlu kamu tahu bahwa saya selalu jatuh hati pada pria dengan selera humor yang baik, yang bisa membuat saya tersenyum setiap hari atau bahkan tertawa terbahak-bahak ketika bersama. Saya juga tidak keberatan kalau kamu sesekali bertindak konyol, karena hal itu menunjukkan sisi 'manusia' dari dirimu. Saya selalu menaruh simpati terhadap orang yang dapat membuat suasana jadi hidup dan ramai menyenangkan.

Saya tidak keberatan dengan profesimu. Kamu boleh berprofesi apa saja asal kamu menyukainya dan bersungguh-sungguh dalam menjalaninya. Saya juga tidak keberatan dengan hobimu. Kamu boleh menyukai hal apa saja di dunia ini. Selama kamu tidak hobi datang ke meja judi atau rumah bordil, mungkin saya akan mendukung hobimu. Calon pacar, sebenarnya saya mengharapkan kamu adalah seorang yang suka jalan-jalan. Tidak harus jalan-jalan mewah a la Princess Syahrini, cukuplah kamu membawa ranselmu menuju tempat-tempat seru dan eksotis di penjuru Indonesia atau pun dunia, maka saya tidak akan keberatan untuk menemanimu. Percayalah, saya adalah teman perjalanan yang menyenangkan.

Calon pacar yang baik, saya sangat berharap kamu adalah seorang yang berani berkomitmen. Karena itulah hal yang menjadikan seorang lelaki adalah pria. Bukan saja komitmen pada hubungan kita nantinya, tapi komitmen yang saya maksudkan adalah komitmen akan semua hal. Kamu harus komit dengan pekerjaanmu untuk kemudian serius menjalaninya, kamu harus komit dengan hobimu sehingga kamu tidak akan bosan menjalaninya, bahkan kamu harus komit dengan hubungan kita nantinya agar kita dapat saling melengkapi. Saya berpengalaman dengan pria yang takut akan komitmen, dan itu pada akhirnya hanya membuat saya lelah untuk memperjuangkan hubungan sebelumnya. Calon pacar, perlu kamu tahu bahwa saya adalah seorang pemaaf, hanya satu kesalahan yang tidak saya maafkan, yaitu ketika kamu berpaling kepada yang lain sementara masih menjalani komitmen dengan saya. Maka dari awal saya katakan kepadamu bahwa saya menghargai pria yang tidak takut akan komitmen. Saya juga berharap kamu berkomitmen penuh dengan agamamu. Tidak perlu kamu menggunakan sorban atau celana cingkrang kemana-mana, saya haya perlu seseorang yang mau meluangkan waktunya beberapa menit selama lima kali dalam satu hari untuk menghadap penciptanya. Tidak perlu kamu berusaha untuk membuat dua tanda hitam di keningmu, saya hanya berharap bahwa kamu dapat mengimami saya ketika saya menghadap pencipta dan padamu saya akan mencium tangan setelah kita selesai sholat bersama. Bukankah itu kegiatan yang sarat romantisme?

Bicara mengenai romantisme, saya sangat ingin tahu hal apa yang menurutmu sangat romantis? Kalau kamu mau tahu pendapatku, hal yang saya anggap romantis adalah saat kita dapat mengahabiskan waktu di pantai sambil mengobrol atau meneguk air kelapa atau mungkin saat kita berjalan-jalan dan berakhir di toko buku kecil untuk mencari buku favorit kita masing-masing. Calon pacar, saya juga seorang yang sangat mengagumi orang dengan selera musik yang bagus. Saya tidak keberatan apakah kamu mendengarkan Michael Buble, Frank Sinatra atau bahkan Seringai sekalipun, tapi tolong, saya tidak akan sanggup menghabiskan waktu untuk mendengarkan band-band alay Indonesia yang musiknya semakin tidak jelas keluar dari playlist-mu.

Calon pacar, percayalah bahwa saya adalah seorang pacar yang menyenangkan dan penyayang. Ketika saya berkomitmen dengan seseorang, maka saya akan menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Kamu hanya perlu berusaha untuk meyakinkan saya bahwa kamu adalah orang yang tepat untuk saya pilih melanjutkan hidup bersama, karena saya yakin, pada akhirnya waktu itu tiba, kita akan menjadi tim yang hebat, yang tak lelah untuk mendukung dan melengkapi satu sama lain. Maka dari itu, ada baiknya kita memantaskan diri masing-masing sehingga pada akhirnya kita berjumpa, kita sudah adalah dua pribadi yang kuat yang siap menjadi tua bersama.

Selasa, 03 Maret 2015

3 Maret (Lagi)

Mengulangi tanggal 3 Maret kesekian kalinya.
Ulang tahun kali ini rasanya mungkin sama seperti ulang tahun sebelumnya. Biasa saja.
Saya sebenarnya bukan orang yang menyanjung ulang tahun dibadingkan tanggal gajian hari lainnya. Walau saya sendiri suka merencanakan untuk membuat kejutan orang-orang spesial dalam hidup saya.
Tapi rasanya ketika kita membaca doa di hadapan lilin dan kemudian meniupnya agak terasa aneh ya? Haha
Keluarga saya pun bukan tipe yang mengingat tanggal ulang tahun anggota keluarga yang lain, ataupun tanggal lain semacam anniversary pernikahan atau tanggal wafatnya seseorang di keluarga kami. Bagusnya, kami terbiasa untuk tidak men-spesial-kan suatu tanggal, semua tanggal spesial dengan momennya masing-masing. Ciye.

Sebelumnya saya tidak percaya dengan adanya twenty-something-life-crisis sebelum saya mengalaminya sendiri. Di umur yang baru ini, saya akhirnya terkena sindrom itu. Munculnya sindrom tersebut biasanya karena tidak sadar bahwa lingkungan kita 'sudah berubah'. Teman-teman yang tadinya gampang untuk diajak jalan atau sekedar minum kopi sambil nongkrong sekarang mulai sulit untuk ditemui di akhir minggu, sahabat-sahabat yang tadinya tidak masalah untuk 'diculik' untuk short trip sekarang tidak lagi bisa karena ribet perizinan dengan kantor atau pasangannya, akhir pekan yang biasanya cukup menyenangkan dengan rencana-rencana seru sekarang berubah menjadi marathon datang ke kondangan yang undangannya datang silih berganti mengisi setiap weekend tidak peduli apakah itu Sabtu atau Minggu, padat. Bukan itu saja, perubahan yang awalnya tidak disadari di usia sebelumnya, tiba-tiba saja menyadari di usia ini bahwa teman-teman mulai menikah, ada lagi teman ada yang melahirkan anak pertama bahkan anak keduanya, atau mungkin teman yang belum menikah dan melahirkan justru malah pergi dan tinggal di luar negeri untuk kabur dari realita melanjutkan kuiah atau kerja. Sementara, pada masa krisis tersebut saya malah sibuk untuk berkaca dengan hidup saya yang sepertinya begini-begini saja. Masih terjebak dengan rutinitas bangun pagi-berdesakan di commuterline-diperas otak dan tenaga di kantor-pulang kantor-berdesakan lagi di commuterline-terkadang pergi ke gym untuk ikutan zumba atau yoga-pulang ke rumah-tidur-bangun pagi lagi dan begitu sampe kiamat seterusnya. Tahun baru kemarin sempat terpikirkan untuk melakukan suatu hal yang baru dalam hidup, tapi ternyata rutinitas membuat saya tidak lagi memikirkan hal itu. 

Tetapi beberapa hari belakangan ini saya benar-benar merasakan krisis itu. Awalnya bayangan menjadi wanita karir dan punya penghasilan sendiri, aktif di sana sini dan syukur-syukur bisa lanjut S2 tampak begitu keren di usia 20an awal, tapi entah kenapa mulai terjadi pergeseran belakangan ini. Jadi ibu rumah tangga, sambil dasteran dan ngangetin sayur di pagi hari jadi bayangan yang cukup menyenangkan. Haha. Bukan berarti saya bakalan dasteran tiap hari juga sih, tapi bayangan bahwa sudah seharusnya di umur segini saya punya pasangan yang bisa diajak tukar pikiran dan satu tujuan menjadi pikiran yang sering datang akhir-akhir ini.

Saya percaya bahwa menikah itu bukanlah lomba balap untuk cepet-cepetan justru menikah itu harus lama-lamaan, kalau bisa sekali seumur hidup #ciyegitu #ngeles

Kamis, 25 September 2014

Keep It Simple, Stupid!

"Yang namanya penyesalan itu datangnya belakangan,
kalau di depan namanya pendaftaran"

Buat saya yang hidupnya easy going dan santai gini, rasanya tidak ada yang perlu disesali dalam hidup, sejauh ini.
Kalau ada yang mengecewakan terjadi, tinggal nangis sampai capek dan besoknya bisa menata ulang diri dan hati serta belajar dari pengalaman biar kekecewaan itu tidak terulang lagi di kemudian hari. Simple!