Rabu, 26 September 2012

Memaknai Lebaran

Wah, sudah lama juga ga nulis blog.
Postingan terakhir tanggal 30 Mei 2012 sekaligus hari terakhir project '30 Hari Menulis'.

Kali ini saya akan bercerita tentang Iedul Fitri. Haha
Sudah agak lama juga yaa sebenarnya kalau mau bercerita tentang Iedul Fitri. Tapi ga apa-apa, karena tidak ada kata terlambat untuk memaafkan. *apa sik?*

Iedul Fitri tahun 2012 ini jatuh pada tanggal 19 Agustus 2012 di hari Minggu.
Lebaran kali ini berbeda. Akhirnya saya merasakan lagi harus kembali ke rumah agar tidak berlebaran di kota orang. Hehe
Maksudnya, selama saya menjadi anak kuliahan, berarti kurang lebih ada 4x lebaran yang saya harus melawan arus mudik untuk pulang ke Bekasi karena saat itu saya berada di Jogja. Pada tahun 2011 itu pertama kalinya setelah 4 tahun saya dari mulai puasa sampai lebaran di rumah. Hilang sudah tradisi ngabuburit di jalanan atau bahkan di Gelanggang UGM. *hiks*
Akhirnya tahun 2012 ini saya kembali melawan arus mudik dari Bandung menuju Jakarta.

Menurut saya, berpuasa di Bandung tidak terlalu buruk kok. Hal paling buruknya adalah saya hampir bisa dihitung jari untuk melakukan tarawih di masjid. Oh, no! #pencitraan

Ngomong-ngomong tentang lebaran, lebaran itu identik dengan saling memaafkan.
Hayoo, apakah pada lebaran kemarin kalian sudah sepenuhnya memaafkan kesalahan orang yang paling kalian benci?
Saya sudah sepertinya. Sebenrarnya bukannya sudah, tetapi tampaknya tidak ada orang yang saya benci kok belakangan ini. Ah, senangnya.

Semakin hari saya semakin memaknai lebaran dan memaafkan untuk diri saya sendiri.
Maksudnya begini, pada lebaran kemarin jujur saya hanya mengirimkan SMS/BBM/Twit/Telepon orang-orang terdekat saya saja. Orang-orang yang memang banyak berinteraksi dengan saya 1 tahun terakhir.
Kenapa begitu? Buat saya, ketika kita semakin banyak berinteraksi dengan seseorang, maka semakin banyaklah peluang kita untuk membuat kesalahan pada orang tersebut.
Kalau menghubungi saja jarang, bagaimana mau meminta maaf lahir dan batin atas keasalahan yang tidak kita perbuat?
Yah, mungkin bagi sebagian orang tidak setuju dengan pendapat saya, tapi saya sendiri lebih senang mendapatkan permohonan maaf secara personal dari orang-orang terdekat saya. :)

Oiya, saat lebaran biasanya masing-masing keluarga punya sajian lebaran yang berbeda-beda.
Di rumah beberapa saudara, ada yang menu spesialnya nasi padang, soto padang, soto betawi sampai mie ayam.
Untuk di rumah saya, biasanya sajian lebarannya konvensional seperti rumah-rumah pada umumnya, yaitu ketupat 9biasanya dilengkapi gulai nangka atau opor daging).
Tapi lebaran kali ini berbeda! Menu spesialnya adalah Lontong Medan! Yeay..
Buat yang belum pernah lihat, begini kira-kira penampakannya:

Lontong Medan ini terdiri dari: lontong itu sendiri, sayurnya pakai buncis dan wortel bersantan encer, ditambah tauco pakai udang, ada teri medan plus kacangnya, ada telur balado, boleh ditambah rendang daging dan ini yang paling penting: srundeng! :9

Anyway, ada 1 hal yang menarik yang akan saya ceritakan di sini.
Pada lebaran tahun ini, saya membuat cake sendiri! Ya, ini cake pertama yang saya buat sendiri. Haha
Sebagai pemula, saya belum apa-apa sudah tertantang untuk membuat Red Velvet Cake. Cake yang sedang happening saat ini. Dan saya berhasil!
Menurut adik-adik sepupu saya dan beberapa teman kantor yang sempat mencobanya, red velvet cake saya cukup enak. Senangnyaa.
Ada satu hal yang menurut saya kurang dari cake ini, yaitu cheese frosting nya, karena saya membuatnya terlalu encer. Ya, besok harus lebih baik lagi ya :D

 Ya, bentuknya memang ga menarik. Am worst at cake decorating. *sigh*


 Kalau sudah dipotong, tidak seburuk itu kaan? :D


Voila, this is it! Red velvet cake a la Chef Dhila :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar